WARUNG ANAK SEHAT (WAS) DI SEKOLAH MENYEDIAKAN JAJANAN SEHAT



Menurut data dari Direktorat Kesehatan Lingkungan dan Public Health Emergency Operation Center (PHEOC) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan berjumlah 163 kejadian, 7132 kasus dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,1%. Secara garis besar ada 3 kelompok bahaya pada pangan yaitu, bahaya fisik, kimia dan biologi. Makanan yang terlihat menarik, nilai gizinya sudah tercukupi, tetapi jika dalam pengelolannya terjadi pencemaran maka makanan menjadi tidak aman untuk di konsumsi.

Teringat semasa akhir kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia saya diajak dosen ikut penelitian berkaitan dengan Higiene dan Sanitasi Kantin Sekolah Dasar (SD) di beberapa Kecamatan di Kota Depok. Seru sekali karena bisa membagi ilmu dengan penjual makanan tentang kebersihan makanan dan kantin agar makanan yang disediakan di kantin sekolah bersih dan bebas dari pencemaran baik fisik, biologi dan kimia.

Selain kebersihan makanan di sekolah, gizi dari suatu makanan menjadi prioritas tersendiri karena masalah gizi di usia anak sekolah adalah hampir separuh anak usia sekolah beraktivitas sedentary atau kurang gerak. Masalah lainnya berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2013 adalah sekitar 31,8 persen jajanan anak sekolah yang dijual di lingkungan sekolah mengandung bahan berbahaya.

Untuk mewujudkan sekolah dengan kantin sehat melalui pendampingan dan penyediaan material edukasi PT Sarihusada Generasi Mahardika dan Danone Ecosystem Fund membuat Program Warung Anak Sehat (WAS) yang bertujuan untuk membentuk kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bernutrisi pada anak-anak usia SD. Selain itu, objektif utama WAS adalah mengurangi angka malnutrisi pada anak-anak usia 5-15 tahun.
 
Foto: mix.co.id

Warung Anak Sehat (WAS)

PT. Sarihusada yang memprakarsa Program Warung Anak Sehat telah menjangkau 350 Sekolah Dasar (SD) di kota Ambon, Bogor, Bandung dan Yogkarta. Kegiatan WAS secara berkesinambungan dengan memberikan pelatihan kepada Ibu Warung Anak Sehat (IWAS). Setiap IWAS akan mendaptkan peltihan, pendampingan dan peningkatan kemampuan bisnis yang meliputi cara mencatat penjulanan serta keuntungan dan mendapatkan rekomendasi pengenmbangan usaha.
 
Foto: Sarihusada
Selain itu, IWAS diberikan pelatihan dan edukasi gizi untuk dapat mengolah bahan berbasis lokal tanpa Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang berbahaya bagi kesehatan dan juga menjaga sanitasi dan higienitas pengolahan hingga penyajian makanan sesuai standar BPOM dan Kementerian Kesehatan.

Salah satu contoh BTM yang sering digunakan untuk jajanan di kantin sekolah adalah pewarna dan pemanis buatan makanan. Pewarna makanan digunakan sebagai daya tarik makanan agar terlihat lebih dengan warna yang terang. Bahan pewarna ada yang diperbolehkan dan ada juga yang tidak diperbolehkan. Salah satu contoh bahan pewarna makanan yang tidak diperbolehkan bisa berasal dari pewarna tekstil dan cat. Kenapa penjual menggunakan warna tersebut? Hal ini dikarenakan pewarna tekstil lebih murah dan warnanya lebih mencolok.

Contoh pewarna yang tidak diperbolehkan adalah Rhodamin B yang merupakan pewarna tekstil berwarna murah dan seringkali diaplikasikan penjual untuk BTM pada kerupuk.
Contoh pewarna alami adalah tomat, wortel, kunyit, daun padan, daun suji, buah beat, Ubi Ungu.
Foto: sensientfoodcolors.com


Dampak penggunanan BTM yang sering di konsumsi akan masuk ke sistem peredaran darah dan dibawa ke ginjal dan akhirnya membuat gagal ginjal. Selain itu ada pula yang dapat menyebabkan autisme dan kanker tergantung dari jenis pewarna makanan yang digunakan.

Pemanis buatan pun tak kalah menjadi primadona yang seting digunakan oleh penjual makanan. Sama seperti pewarna buatan, pemanis buatan juga digunakan karena murah harganya. Dengan menambahkan sedikit saja pemanis buatan langsung memberikan rasa manis pada makanan atau minuman.
Bahaya pemanis buatan dapat menyebabkan obesitas jika dikonsumsi secara terus menerus. Bahkan kenaikan berat badan ini akan terjadi dalam jangka panjang dan artinya menetap pada tubuh manusia.
Foto: unlockfood.ca

Gula tebu yang merupakan pemanis alamiah sedangkan contoh pemanis buatan adalah sorbitol dan sakarin.

IWAS diberikan edukasi tentang higienitas dan sanitasi makanan serta gizi dari makanan yang dibuat sebagai jajanan anak sekolah. Bahan lokak yang dapat digunakan untuk dibuat jajanan dengan warna menarik dapat menggunakan ubi ungu di tambah gula aren dibuat menjadi kue bola atau klepon. Selain menggunakan bahan lokak yang baik untuk kesehatan kue tersebut pun dapat dibandrol dengan harga yang murah, sesuai dengan kantong anak SD.
 
Foto: Sari Husada
Selain itu, Ibu WAS dapat berbagi pengetahuan tentang gizi dan pola makan seimbang anak kepada ibu-ibu pelanggan warung atau kantin dan ketersediaan akses jajanan sehat yang diberikan IWAS dapat membantu pemerintah dalam memperbaiki gizi anak seklah dan mampu meciptakan generasi maju Indonesia, yang sesuai dengan tagline Sari Husada.

Semoga Warung Anak Sehat yang di gagas oleh PT Sarihusada Mahardika dapat merambah kota-kota lainnya. Salah satu kota yang saya harapkan sebagai Mombassasdor SGM akan adanya WAS adalah kota Palembang, tempat tinggal saya yang juga di Sekolah Dasar masih banyak pejual makanan yang belum di edukasi akan pentingnya Jajanan Sehat. Jajanan Sehat menciptakan Generasi Maju Indonesia!






Tidak ada komentar